FILSAFAT
SAINS MENURUT AL-QURAN
Diajukan
untuk memenuhi tugas Mandiri
Mata
Kuliah : Keterpaduan Islam dan Iptek
Dosen
Pengampu : Edy Candra, S.si, MA
Oleh
:
Kalela Sari
Tarbiyah/
IPA-Biologi-D / Semester VII
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012
1.
INFORMASI
BUKU
a. Pengarang :
Dr. Mahdi Ghulsyani
b. Judul
Buku :
Filsafat Sains Menurut Al-Quran
c. Tahun
terbit : 1998
d. Terbitan :
Islamic Propagation Organization
e. Edisi
ke : I, 1986
f. Cetakan ke : X (Sepuluh)
g. Jumlah
Bab :
III (Tiga)
h. Jumlah
Halaman : 160
i. Sistematika :
1. KATA
PENGANTAR
2. BAB
I. SAINS DAN UMAT ISLAM
3. BAB
II. KEPENTINGAN ILMU-ILMU KEALAMAN MENURUT ISLAM
4. BAB
III. FILSAFAT SAINS: SUBUAH PENDEKATAN QURANI
5. DIMENSI
KEILMUAN AL-QURAN
6. CATATAN-CATATAN
DAN RUJUKAN-RUJUKAN
2.
RINGKASAN
BUKU
Salah atu ciri yang membedakan islam dengan yang
lainnya adalah penekananya terhadap maslah ilmu (sains). Al-Quran dan Al-sunah
mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta
menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Sebagian
dari ayat-ayat Al-Quran dan Al-Sunah disebutkan dalam Al-Quran yang diwahyukan
kepada Rasulallah saw, menyebutkan pentingnya membaca, pena, dan ajaran untuk
manusia:
Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah manusia dari segumpal darah. Bacalah Dan
Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS 96:1-5)
Masalah-masalah ilmu yang dianjurkan islam merupakan
pokok penting dalam islam. Masah ini berkenaan dengan pendapat yang diajukan
semenjak masa silam. Salah satunya Al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu agama
dalam 2 kelompok: terpuji (mahmud) dan tercela (madzmum). Ilmu yang terpuji
dibagi ke dalam 4 kelompok:
1.
Ushul (dasar-dasar, yaitu: Al-Quran,
Al-Sunah, ijma’, atau konsensus dan tradisi para sahabat Nabi)
2.
Furu’ ( masalah-masalh seunder atau
cabang, yaitu: masalah-masalah fiqih, etika dan pengalaman mistik)
3.
Studi-studi pengantar (qaidah, sharaf
bahasa arab)
4.
Studi-studi pelengkap (membaca dan
menerjemahkan Al-Quran, mempelajari prinsip-prinsip fiqihpenyelidikan biografi
para perawi hadits)
Perlunya mempelajari ilmu-ilmu lain dalam Al-quran
dan Al-sunah, mempunyai beberapa alasan yaitu:
1. Jika
pengetahuan dari suatu ilmu merupakan persyaratan mencapai tujuan-tujuan islam
sebagaimana dipandang oleh syariah, maka mencarinya merupakan sebuah kewajiban,
karena ia merupakan kondisi awal untuk memenuhi kewajiban syariah.
2. Masyarakat
yang dikehendaki oleh Al-quran adalah masyarakat yang agung dan mulia.
3. Al-quran
menyuruh manusia mempelajari sistem da skema penciptaan, keajaiban-keajaiban
alam, sebab-sebab dan akibat-akibat seluruh benda-benda yang ada, seluruh
tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang ada di alam eksternal dan kedalaman-kedalaman
batin jiwa manusia.
Ilmu yang berguna mempunyai beberapa kriteria yaitu
dapat menigkatkan pengetahunnya akan allah, dapat membantu mengembangkan
masyarakat islam dan merealisasikan tujuan-tujuannya serta dapat membimbing
orang lain.
Seluruh
ilmu, baik-ilmu-ilmu teologi maupun ilmu-ilmu kealaman merupakan alat untuk
mendekatkan diri kepada allah, dan selama memerankan peran ini maka ilmu itu
suci. Akan tetapi kesucian ini tidak intrinsik. Aneka ragam pengetahuan
tidaklah asing satu sama lain karena pada masing-masing jalannya sendiri,
ilmu-ilmu itu menafsirkan berbagai lembaran kitab penciptaan kepada kita.
Selama periode antara tahun 750 M dan tahun 1100 M
orang-orang islam adalah pemimpin-pemimpin dunia intelektual yang tak dapat
disanggah dan antara tahun 1100 dan 1350 M, pusat-pusat belajar di dunia muslim
secara global sangat penting dan menarik banyak orang dari berbagai penjuru
dunia.
Setelah
tahun 1350 M orang-orang Eropa mulai maju dan dunia muslim gagal, hal tersebut
diakibatkan oleh beberapa faktor:
1. Orang-orang
Eropa berjuanag menyingkap hukum-hukum alam yang tersembunyi dan menemukan
cara-cara mengekspliotasi kekayaan dan sumber-sumbernya sedangkn orang islam
menghentikan kegiatan-kegiatannya.
2. Orang
islam yang menuntut ilmu empiris kebanyakan tersaing dari ilmu-ilmu agama.
3. Penghapusan
studi ilmu-ilmu kealaman dari kurikulum madrasah-madrasah agama dn kurangnya
hubungan dengan sumber-sumber ilmu modern pada kelompok sarjana-sarjana agama
telah mengakibatkan dua intelektual yang menyimpang di dunia kaum muslimin:
a. Sebagian
kaum muslimin dibawah pengaruh kemajuan keilmuan dan tehnologi barat.
b. Sebagian
sarjana agama menganggap teori-teori ilmiah bertentangan dengan dokrin-dkrin
islam dan begitu menunjukan serangannya dengan sains.
Studi Al-Quran dan Al-sunah menunjukan dua alasan
fundamental, islam mengakui signifikasi sains:
1. Peranan
sains dalam mengenal Tuhan
Di dalam Al-Quran lebih dari 750 ayat yang menunjuk
kepada fenomena alam dan manusia diminta untuk dapat memikirkannyaagar dapat mengenal
Tuhan lewat tanda-tandanya.
Contoh ayat Al-Quran:
Maka
hendaklah manusia memperhatikan, dari apa ia diciptakan?(QS 86:5)
Dan
allah telah menciptakan segala mahluk hidup dari air. (QS 24:45)
Bagaimanapun orang
tidak boleh lupa bahwa Al-Quran bukanlah buku teks
sains
eksperimental, dan jika ia menerangkan beberapa fenomena itu dikarenakan
beberapa alasan:
a. Studi
fenomena alam dan keajaiban-keajaiban penciptaan akan memperkuat keimanan
manusia kepada Tuhan
b. Dengan
keakraban terhadap kesempatan-kesempatan yang telah dianugrahkan Tuhan kepada
manusia ia lebih dapat mengenal allah.
2. Peran
sains dalam stabilitas dan pengembangan masyarakat islam
Menurut
Al-Quran, islam adalah agama yang universal:
Katakanlah:
“wahai manusia sesunguhnya aku adalah utusan Tuhan kepada kamu semua. (QS
7:158)
Pada abad ke tujuh setelah
hijriyah, ibnu ikhwah telah mengeluh bahwa kebanyakan dokter di masyarakat
muslim pada zamannya adalah orang-orang Yahudi dan Kristen dan orang-orang
islam mengabaikan tugas ini. Sekarang kita melihat bahwa kaum muslimin tidak
bisa menggunakan sumber-sumber mereka dan membiarkan orang lain mengeksploitasi
meraka. Sebagaimana syair Iqbal mengatakan:
Muslim kemarin
bangga dan dihormati karena ilmunya
Tetapi
hari ini punggung mereka menunduk (di hadapan orang lain)
Sebagaimana juga
Maulawi dalam syairnya:
Memberi ilmu dan
seni kepada orang-orang jahat,
Adalah laksana
memberi pedang kepada perampok.
Tidak lebih
jahat daripada mempersenjatai penjahat dengan
ilmu
dan kekayaan.
Ilmu dan jabatan
adalah penyebab korupsi pada orang-orang jahat,
Maka dari itu,
wajiblah bagi orang yang beriman merebut tombak
dari tangan
orang gila dan jahat.
Orang-orang islam harus mencoba untuk membuat diri
meraka mampu berswasembada dan mandiri. Karena alsan inilah para ahli hukum
islam telah memberi fatwa bahwa suatu tindaka yang mengarah pada supremasi
orang-orang kafir terhadap kaum muslimin adalah haram.
Dalam
islam segala sesuatu berputar di sekitar poros kesatuan Tuhan (tauhid) dan
kelayakan sains dan teknologi didasarkan pada fakta itu adalah alat yang dapat
menambah pengetahuan kita tentang tuhan dan efektif dalam mendirikan masyarakat
tauhid yang mandiri.
Agar
dapat merih sukses kebangkitan sains dalam kebijaksanaan islam, maka beberapa
maslah penting yang harus diperhatikan adalah:
a. Jelaslah
bahwa pada saat ini kaum muslimin perlu mempelajari sains dan teknologi dari
negara-negara yang maju dalam bidang-bidang ini.
b. Kita
harus menhhidupkan kembali semangat ilmiah para sarjana pendahulu kita dan
semangat meraka untuk membentukkembali cabang-cabang ilmu dan memanfaatkannya
demi kemajuan peradaban islam.
c. Menurut
Al-Quran manusia adalah khalifah di bumi. Untuk dapat memerankan ini Tuhan
telah memberi manusia segala bentuk pemberian dan merahmatinya dengan akal.
d. Di
sekolah dan universitas negara-negara islam, perhatian yang cukup harus
diberikan pada pencucian moral para pelajar.al-Quran menyebut para pengikut
islam sebagai umat yang mempunyai keseimbangan dengan adil.
filsafat
sains: sebuah pendekatan Qurani:
1.
Tujuan
pemahaman alam
Dalam visi
Al-Quran, fenomena alam merupakan tanda-tanda yang mahakuasa dan suatu
pemahaman tentang alam adalah analog dengan pemahaman dengan tanda-tanda yang
bisa membawa kita meraih pengetahuan tentang Tuhan.
Dan
diantara tanda-tanta kekuasannNya, Dia memperlihatkan kepada mu kilat untuk
(menimbulkan) kekuatan dan harapan dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu
menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya yang demikian
itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akal. (QS 30:24)
2.
Kemungkinan
memahami alam
Di dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang menyuruh
manusia mempelajari alam:
Dan di bumi itu
terdapat tanda-tanda (kukuasan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga)
pada jiwamu sendiri. Apakah kamu tidak memperhatikan? (QS 51:20-21)
3.
Masalah-masalah
utama dalam memahami alam
Dalam hubungannya dengan fenomena
alam, ada beberapa masalah yang ditunjukan di dalam Al-Quran, masalah tersebut
adalah:
a. Asal
usul dan evolusi mahluk-mahluk dan fenomena
Maka
apakah meraka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan dan langit,
bagaimana ia ditinggikan dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan dan bumi
bagaimana ia dihamparkan?
(QS 88: 17-20)
b. Penemuan,aturan
dan tujuan alam
Di dalam beberapa ayat disebutkan
bahwa kejadian-kejadian mengikuti suatu jaur alami untuk periode tertentu yang
sebelumnya telah ditentukan.
Dan
mengapa mereka tidak merenungkan diri meraka sendiri? Allah tidak menjadikan
langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan tujuan yang
benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan diantara manusia
benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. (QS 23:115)
c. Manfaat
kekayaan alam yang disediakan Tuhan bagi manusia secara sah
Dan
diantara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah bahwa ia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk
merasakan kepada mu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar
dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya,
mudah-mudahan kamu bersyukur. (QS 30:46).
Dalam ayat ini alasan pengingat
manusia akan rahmat-rahmat Allah adalah untuk menjdikan akrab dengan
pemberian-pemberian itudan untuk memberikan syukur kepada Allah.
4.
Cara-cara
memahami alam
Melalui ayat-ayat Al-Quran saluran-sluran yang kita
gunakan untuk memahami alam adalah indera-indera eksternal, intelek yang tak
terkotori oleh sifat-sifat buruk), serta wahyu dan inspirasi.
1) Peranan
pengamatan (observasi dan penalaran daam memahami alam).
Dan
apakah meraka tidak memperhatiakan bumi, berapa banyak kami tumbuhkan di bumi
itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? (QS 26:7)
Dalam ayat ini pengamatan dan penglihatan, contoh
fakta yang alat mendapatkan pengetahuan yaitu lewat seekor burung gagak, allah mengaari
qabil bagaimana menguurkan mayat, Tuhan mengajari manusia bijak mengenai
kemungkinan memberikan kehidupan yang baru kepada yang mati serta Tuhan
menunjukan kepada Ibrahim bagaimana Dia menghidupkan yang mati.
Banyak
orang melakukan eksperimen akan tetap mereka tidak dapat pengwtahua tentang
Tuhan secara nominal sains hanya terdiri atas pernyataan-pernyataan yang
diverifikasi dengan metode-metode eksperimental.
Dalam sebuah ceramah yang disampaikan Einsteindi
Universitas Oxford pada tahun 199, dengan judul On Method of Theoritical Phisics, dia mengatakan “newton
menciptakan pertama sebuah sistem fisika teoritis yang komperhensif dan dapat
bekerja, masih percaya bahwa konsep-konsep dan hukum-hukumdasar sistemnya dapat
diturunkan dari pengalaman.
Dalam bukunya Physics and Beyond pada tahun 1926
Heisenberg menulis bahwa Einsten masih mempercayai pandangan positives Mach,
yaitu bahwa hanya kuantitas-kuantitas teramati yang dapat dimasukkan ke dalam
teori fisika. Lantas Einstein mengakui: “mungkin saya menggunakan bentuk
penalaran ini, tapi ia berarti apa-apa. Barangkali saya dapat lebih diplomatis
dengan mengatakan bahwa ia bisa jadi secara heuristik berguna untuk mengingat
apa yang benar-benar diamati orang.
2) Peranan
wahyu dan ilham dalam memahami Al-Quran
Guru sejati seuruh ilmu pengetahuan yang sebenarnya
adalah Allah yang Maha tinggi:
Bacalah dengan
nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang mengajari (untuk menulis) dengan pena.
Mengajari manusia, apa yang tidak diketahuinya. (QS 96: 1-5)
Sumber
ilham (inspirasi) utama manusia dalam masalah pengetahuan adalah pemberi ilmu
yang Mha Tinggi, yaitu Allah. Akan tetapi tingkat hubungan manusia dengan Allah
ini berbeda dari orang ke orang.
Al-Quran
menunjukan cara yang ebih langsung dalam meraih pengetahuan akan realitas dunia
lewat sang pemberi pengetahuan, cara ini bukanlah cara yang umum dan hanya
orang-orang yang beriman sajalah yang mampu melewatinya, diantaranya yaitu:
Tuhan memberikan ilmu khusus kepada orangorang yang beriman pilihan, allah
memberi wahyu kepada para Nabi, kemungkinan memberikan wahyu kepada orang-orang
selain Nabi.
Para filosof muslim percaya bahwa
manusia yang memiliki kemampuan untuk meraih ilmu langsung semacam itu ialah
meraka yang dianugerahi dengan “fakultas kewalian” (quwwah qudsiyah atau saintly faculty). Wahyu memiliki beberapa
tingkatan, sebagaimana ditetapkan oleh ayat berikut:
Rasul-rasul itu kami lebihkan
sebagian meraka atas sebagian yang lain. Diantara meraka ada yang Allah
berkata-kata (langsung dengan Dia) dan bagi sebagian dari meraka Allah
meningikannya beberapa derajat. Dan kami berikan kepada Isa putera Maryam
beberapA mukjizat serta kami perkuat dia dengan ruh suci (ruh Qudus). (QS
2:253)
5.
Tingkatan-tingkatan
dalam memahami alam
Melalui indera eksternal dan intelek manusia
seharusnya lebih dekat kepada Tuhan dengan memahami tanda-tanda ilahi. Allah
selalu memberikan memberikan kemampuan memahaminya kepada manusia-manusia dari
kelompok khusus diantaranya: orang yang arif, orang-orang yang memahami
(Ulil-Albab), orang-orang beriman, orang yang berilmu, orang yang ingat/sadar,
orang-orang yang mendengarkan firman Tuhan, orang-orang yang yakin serta
orang-orang yang menguji kebenaran dan memiliki wawasan.
Yang
mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka
itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah
orang-orang yang memahami. (QS 39:18)
Kita
dapat melihat bahwa Ulil albab memiliki hampir seluruh karakteristik di dalam
Al-Quran untuk memahami alam.
Dalam
meraih pengetahuan yang tinggi, dibutuhkan kalifikasi-kualifikasi yang
disebutkan di dalam ayat-ayat yang telah dikutip yaitu:
1) Ada
tingkatan-tingkatan pemahaman fenomena yang berbeda-beda
2) Untuk
memahami fenomena-fenomena alam yang berbeda-beda ada prasyarat-prasyarat yang
berbeda-beda pula.
3) Untuk
bisa memahami alam lebih dalam, para peneliti harus mencoba mendapatkan
karakteristik-karakteristik tersebut di ats sebanyak mungki. Karekteristik
tersebut dapat diringkas dengan tiga kategori yaitu kecakapan ilmiah, intelek
(analitis) yang lebih tinggi, dan iman dengan ketakwaan.
6.
Alangan-alangan
pengetahuan
Al-Ghazali dalam bukunya Ihyah ‘Ulum Al-Din mengatakan bahwa hati manusia itu menyerupai
sebuah kaca cermin yang memantulkan gamabar baik gambar-gambar yang jelas
ketika cermin itu disinari dan dibersihkan. Tetapi ketika ia dipengruhi
kualitas-kualitas jahat sepertidebu yang menutupi kaca cerminia tidak dapat
menyingkap realitas-realitas.
Dalam Al-Quran
disebutkan:
. . . . kalau kami menghendaki tentu
kami azab meraka karena dosa-dosanya dan kami kunci mati meraka sehingga mereka
tidak dapat mendengar.
(QS 5: 108)
Hati
manusia yang dapat mengenal realitas-raelitas, bisa jadi kehilangan kemampuan
itu jika dipengaruhi oleh salah satu dari lima sebab berikut:
a. Cacat
bawaan
b. Kegelapan
dikarenakan dosa-dosa dan hawa nafsu
c. Tidak
memberi perhatian pada realitas-realitas
d. Adanya
alangan-alangan dalam mengenali realitas-realitas
e. Pengabaian
metode untuk mencapai objek dalam pandangan
Faktor-faktor
yang yang menghalangi dari pengamatan yang benar menurut Al-Quran yaitu:
1. Ketiadaan
iman
2. Adanya
faktor-faktor yang menyebabkan penyimpanagan akal
a. Mengikuti
hawa nafsu
b. Cinta
atau benci buta dan prasangka yang tak beralasan
c. Takabur
(kesombongan)
d. Taqlid
buta terhadap pendapat para pendahulu. Mereka memiliki kekuatan, dan pemikiran
diri sendiri yang jumud
e. Tergesa-ges
dalam memutuskan
3. Kebodohan
a. Mengikuti
perkiraan-perkiraan
b. Konfirmasi
dan penolakan-penolakan tak beralasan
c. Kedangkalan
4. Ketidakperdulian
terhadap kerinduan akan penerimaan kebenaran.
7.
Dasar-dasar
petunjuk dalam memahami alam
. . . . Dan kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-quran) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri. (QS 16:89)
Prinsip-prinsip yang harus
digunakan sebagai pembimbing dalam riset imiah yaitu:
a. Iman
dalam prinsip kesatuan ilahi (tauhid)
Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali
untuk beribadah kepada Allah. (QS 51:56)
Dari
sini, stiap langkah yang diambil harus ditujukan kepada peraihan ridha-Nya dan
untuk menyingkap alam tanpa terkecuali terkait pada aturan ini.
b. Keyakinan
terhadap realitas dunia eksternal
Menurut pandangan Al-Quran, terdapat dunia eksternal
yang tak bergantung pada pikiran kita:
Dan di bumi itu
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada jiwamu
sendiri, maka apakah kalian tidak memperhatikan? (QS 51:20-21).
c. Keyakinan
terhadap realitas suprafisikdan keterbatasan pengetahuan manusia.
Dari
Al-Quran kita belajar prinsip-prinsip ini meliputi:
1. Pengetahuan
manusia terbatas
2. Ada
banyak hal yang tidak bisa kita raih lewat indera
3. Kita
harus percaya pada yang gaib, yaitu realitas-realitas supranatural
4. Percaya
kepada prinsip kausalitas umum
Shadr Al-Din Syirazi
menerangkan pandanagn para filosof muslim:
“
kelompok filosof yang lain dn sebagian elite diantara ulama-ulama imamiah
mengatakan bahwa di dalam penerimaan eksistensi dari sumber, objek-objek itu
beragam. Beberapa tidak muncul dalam eksistensi jika tak ada wujud lain yang
mendahuluinya dengan cara yang sama eksiden harus mengikuti substansi.
Maka
terangkanlah kepadaku tentang yang kalian tanam. Kaliankah yang menumbuhkannya
ataukah kami sebab yang menumbuhkannya? Kalau kami kehendaki, maka benr-benar
akan kami jadikan dia itu kering dan hancur maka jadilah kalian heran dan
tercengang, (sambil berkata): “ sesungguhnya kami benar-benar menderita
kerugian,” bahkan menjdi orng yang tidak mendapat hasil apa-apa. Maka
terangkanlah kepadaku tentang air yang kalian minum. Kalian kah yang menurunkan
dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau kami kehendaki niscaya kami
jadikan dia itu asin, maka mengapakah kalian tidak bersyukur? (QS 56: 63-70).
Syahid
Dr. Behesyti mengatakan: “faktanya adalah Al-Quran ingin membimbing manusia
dari akhir rangkaian ini, yaitu dari hal-hal yang dapat diindera, kepada akhir
rangkaian yang lain yaitu Allah. Al-Quran menghendaki manusia untuk tidak
berhenti pada sebab-sebab perantara dan gagal dalam mencapai sumber.
3.
KOMENTAR
TENTANG BUKU
1)
KELEBIHAN
a. Dalam
buku ini dipaparkan secara sistematis dan berurutan dari isi tiap-tiap babnya.
b.
Dalam pemaparan tentang sains diperkuat dengan ayat-ayat
al-quran
c.
Menjelaskan teori tentang sains dari
penemuan-penemuan orang-orang barat yang dibandingkan dengan kebenaran
Al-Qur’an.
d.
Menjelaskan kemunduran umat muslim dalam
ilmu sains yang tergantikan oleh orang barat, sehingga mengajak pembaca untuk
kembali meraih ilmu sains yang di dasarkan pada Al-Quran
e.
Buku ini mengajak kita untuk menjaga
bumi kita sebagai khalifah di bumi.
f.
Mengajak pada ketauhidan bahwa semua yang
ada di bumi ini adalah ciptaan Allah yang patut kita syukuri.
g.
Mengajak manusia meyikapi alam untuk
lebih mendekatkan diri kepada Allah.
2)
KEKURANGAN
a. Dalam
penulisannya tidak menggunakan ejaan yang disempurnakan sehingga ada tata bahasa
yang rancu.
b. Buku
ini tentang filsafat sains menurut Al-Quran, tetapi isi daam buku ini tidak
terdapat tulisan Al-quran hanya terdapat terjemahannya saja.
c. Tata
bahasa yang kurang memperhatikan ejaan yang benar menyulitkan pembaca dalam
memahami isi buku.
d. Ukuran
front hurufnya berbeda antara terjemahan Al-Quran dengan penjelasan isi buku